REMAJA DESA

Impian Anak Desa
Bermimpilah selagi langit masih sanggup menampung mimpimu. Kata-kata itulah yang selalu membuatku semangat untuk bermimpi. Orang sering mengatakan bahwa ‘Bermimpilah setinggi langit’, aku sempat mempertanyakan hal tersebut pada guruku. Kenapa harus bermimpi setinggi langit? Emang gak boleh kalo mau mimpi setinggi pohon kecambah.
Ya kini baru kusadari bahwa langit itu sangat tinggi jadi wajar saja kalo orang mengatakan untuk bermimpi setinggi langit bukan setinggi pohon kecambah. Maklum saja pertanyaan itu terlontar dari mulutku saat usiaku menginjak 5 tahun. Angan-anganku dulu mengatakan bahwa pohon kecambah jauh lebih tinggi dari pada langit, dulu saja aku tak tau yang mana namanya kecambah. Setelah melakukan pelajaran serta penelitian maksudnya bertanya pada ibuku ternyata kecambah itu nama lain dari toge. Cukup bahas tentang mimpi, langit, sama kecambah atau nama lainnya toge.
Namaku Dino usiaku saat ini telah berada pada angka 13 Tahun. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas 1 SMP. Aku adalah seorang anak desa yang tak pernah henti untuk bermimpi. Bagiku mimpi itu hak setiap orang, Mau dia bermimpi jadi Astronot. Mau jadi Ilmuwan, Mau jadi Psikolog, Mau jadi Guru bahkan sama sepertiku yang ingin menjadi seorang Arkeolog. Tetanggaku sering mengatakan padaku untuk apa bermimpi jadi Arkeolog, disini kan enggak ada yang namanya universitas. Tapi itu bukan halangan bagiku, menurutku ada tidak adanya sebuah universitas itu bukan halangan. Sekarang aku harus giat membaca buku untuk menambah ilmu. Karena pada dasarnya buku merupakan jendela ilmu.
Pagi ini aku mulai melakukan penelusuran untuk menambah ilmuku. Aku melewati jalan kecil yang di kiri dan kanannya merupakan sawah, setelah menempuh perjalanan yang panjang dan jauh akhirnya aku sampai di perpustakaan desaku. Aku mengambil sebuah buku.
Saat tengah asyik membaca aku dikejutkan dengan sebuah suara yang muncul tiba-tiba.
“Mau jadi Arkeolog ya?” Tanya orang tersebut padaku sambil melemparkan seulas senyuman yang indah.
Aku pun menganggukkan kepalaku yang menandakan bahwa aku memang ingin menjadi seorang Arkeolog.
Ia nampak memperhatikan diriku. Aku hanya memandangnya dengan heran. Tapi aku tak terlalu mempersalahkannya karena aku yakin dia orang yang baik.
“Kenapa mau jadi Arkeolog?” Dia mengeluarkan kata-katanya lagi.
“Arkeolog itu keren kak, kita bisa tau keadaan masa lampau itu gimana. Kita juga bisa tau bahasa apa saja dipakai mereka. Kita juga tau tentang zaman azoikum, megalitikum, paleolitikum dan neolitikum. Kita bisa nemuin fosil dan benda-benda berharga masa lampau lainnya” Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang cukup panjang. Namun, ia masih tetap setia mendengarkan semua jawaban yang keluar dari mulutku.
Dan setelah selesai aku menjawab pertanyaannya ia tersenyum sambil memperlihatkan gigi putihnya.
“Kamu tau aku siapa?” Aku memperhatikan orang ini dengan sangat detail, aku melihat dia dari atas sampai bawah dan mengulanginya lagi. Setelah lelah memperhatikan orang ini, aku pun menutup buku yang ada digenggaman ku.
“Aku tidak tau kak” Jawabku yang akhirnya menyerah, toh aku memang tidak mengenal nya.
Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan satu kertas kecil lalu memberikannya padaku. Aku membaca kertas yang diberikannya padaku itu. Seketika senyumku langsung mengembang bagaikan bunga yang layu disiram air langsung mekar kembali.
“Wahhh kakak Arkeolog ya?” Ucapku dengan nada yang sangat semangat serta antusias. Dia pun tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya seolah berkata ‘iya’.
“Kalo besar nanti aku pasti bisa jadi seperti kakak” Jawabku sambil melihat ke atas seolah ada bayanganku ketika aku besar nanti.
“Haha teruslah bermimpi dan belajar karena kakak kecil dulu sama sepertimu. Kakak selalu bermimpi bisa jadi Arkeolog tapi kakak sadar mimpi saja tidak cukup kakak juga harus berusaha ya salah satu caranya kakak harus rela menghabiskan waktu hanya untuk membaca, membaca dan membaca. Kakak juga di sekolah selalu bertanya pada guru tentang sejarah dan alhamdulillah berkat usaha kakak selalu ini serta diiringi doa dari kedua orangtua kakak, Kakak bisa seperti sekarang” Jawab dia dengan ucapan yang sangat panjang, tapi aku hanya tersenyum bahagia mendengar semua ucapannya. Ucapannya seperti penyemangat baru bagiku.
“Baiklah kak, aku yakin suatu saat kita bertemu nanti kita ada dalam sebuah profesi yang sama yaitu sebagai Arkeolog” Tuturku sambil berdiri dan tersenyum padanya.
Akhirnya ia pun pamit pulang denganku. Karena, ia ingin kembali ke kotanya untuk melaksanakan tugas selanjutnya. Aku melangkahkan kaki sambil tersenyum pada hamparan sawah serta burung-burung yang berterbangan. Aku yakin bahkan sangat yakin bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi seorang seperti yang aku impikan selama ini.
Waktu begitu cepat berlalu, aku yang dulu masih kecil sekarang telah dewasa. Desaku yang dulu belum ada perubahan, sekarang telah menjadi sebuah kota. Perpustakaan yang dulu sebagai tempatku mencari ilmu sekarang menjadi tambah besar dan bagus. Tak ku pungkiri ini semua akibat adanya globalisasi yang terjadi dalam kehidupan. Sekarang aku sedang duduk di dalam perpustakaan ini, membaca buku sejarah yang pernah ku baca saat umurku tiga belas tahun. Terlintas sebuah kenangan saat aku bertemu dengan kak Zaky seorang Arkeolog yang pernah aku temui di perpustakaan ini. Aku merindukan dia sebagai seorang kakakku sendiri. Aku telah mencoba mencari keadaanya tapi aku tak pernah menemukan dirinya.
“Dino”
Merasa namaku di panggil lantas aku menoleh kebelakang. Dan saat aku melihat ke belakang betapa terkejutnya aku. Ia dia kakak Arkeolog itu. Datang menghampiriku.
“Kak Zaky?” Ucapku sambil mengajaknya untuk duduk.
“Iya, apa kabar kamu?” Ucap kak Zaky sambil memperhatikan diriku.
“Seperti yang kakak lihat, aku baik-baik saja. Kakak kemana saja, aku telah mencari kakak tapi aku tak menemukan kakak. Dan sekarang kakak datang sendiri padaku” Ucapku pada kak Zaky.
Kak Zaky pun langsung tertawa, entahlah apa yang ada dalam benaknya hingga membuat ia tertawa mendengar ucapanku tadi.
“Tingkahmu sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Maafkan aku, aku sibuk bekerja di luar negeri. Bagaimana dirimu sudah jadi Arkeolog?” Ucap kak Zaky sembari mempertanyakan hal tersebut padaku.
Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang kak Zaky lakukan padaku dulu. Ia pun memberikan seluas senyuman dan selamat padaku. Aku telah menempati janjiku dahulu, saat aku bertemu dengan kak Zaky kembali aku telah menjadi seorang Arkeolog. Terimakasih untuk semuanya kak Zaky karena berkat kakak jugalah aku bisa meraih Impianku menjadi seorang Arkeolog. Teruslah bermimpi karena mimpi adalah kunci untuk kita meraih impian kita, mimpi itu sebagai pupuk yang akan membuat bunga semakin tumbuh dengan subur sehingga bunga yang dihasilkan akan lebih indah daripada bunga yang tidak diberi dengan pupuk.

                                                             

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

komik doraemon episode terakhir

Macam-macam Alat Bantu Fotografi dan Gambarnya