CERITA AKU DAN SAHABAT KU
Sahabat masa kecil
Sahabat dimasa kecil akan menerimamu apa adanya, karena
hubungan diantara kita diasadari serasa tulus semata.
Sebagai sahabat, tidak ada yang ditutupi diantara kita.
Bgaimanapun kita memamg telah mengenal pribadi masing-masing sejak kecil.
Persahabatan kita memang boleh dibilang ikatan yang sejati karena sikap tulus
anak kecil. Kita mengerti bahwa persahabatan memang sepatututnya meninggalkan
gengsi. Semua dijalani dengan jujur tanapa perlu ada yang ditutup-tutupi.
Terlebih, teman masa kecil akan mengajarkan kita bahwa persahabtan tak
mengharapkan apapun. Bias menghabiskan waktu bersama sudah cukup membuat kita
merasa bahagia.
Pertemanan yang tidak hanya melibatkan aku dan dia, tapi
juga dua keluarga yang kita cintai dengan porsi yang sama.
Tak mengherankan jika orang tua sahabatku menganggapku
sebagai anak sendiri. Sebaliknya, orang tuaku pun melakukan hal yang sama.
Banyak waktu yang kita habiskan bersama , sesekali kita mengabiskan malam
dengan menginap rumahnya. Tak ada rasa canggung lantaran keluarganya pun terasa
seperti keluaragaku sendiri. Meski tak punya ikatan darah, kita punya hubungan
yang erat dan dekat. Seorang
teman dan sahabat adalah dua orang berbeda karakternya. Kamu bisa memiliki
ribuan teman di luar sana, tetapi kamu hanya memiliki sedikit orang sebagai
sahabat. Kamu mendapat kata kata persahabatan terbaik dari sahabatmu.Kata kata
persahabatan sejati ini menyatakan bahwa sahabat muncul melalui proses
pengenalan yang lama. Semakin lama mengenal dan bersama, semakin kamu akan
percaya bahwa dialah sahabatmu sesungguhnya.
Jadilah sahabat yg mendukung dari dari belakang bukan nikung
dari belakang karena sahabat gk bakal rela melihat sahbatnya sendiri menangis
karnanya.sahabat sejati adalah orang yg mengerti tentang kebaikan dan keburukan
kmu jadi hargai lah sahabat mu jika kmu ingi di mengerti dan di pahami oleh
sahabat mu. Memiliki
sahabat bukan saja memiliki satu atau beberapa orang untuk membagi cerita.
Sahabat yang baik adalah mereka yang selalu berusaha membagikan contoh paling
baik bagi hidup.
Ini cerita tentang
hidup ku dulu sewaktu akku kecil aku mempunyai sahabat yg masih menemani ku hingga sekarang yg
selalu menemani ku disaat aku membutuhkannya dia selalu ada untuk ku.dan dari
dulu aku dan dia selalu bebarengan kemana mana bersamanya sekolah pun bersama di tempat yg sama sampai
akhirnya say dn dia lulus SD kamipun berpisah sekolahan tetapi kami masih bisa
bertemu dan bermain bersama saat pulang sekolah dan berkumpul bersama kawan2
lain.dan mulai memasuki masa remaja kmi sudah mulai mengenal yg namanya cinta
dan mulai dari situlah kami mulai
berpisah jarak karena dia lebih mementingkan pacarnya dari pada saya
sehingga dia lupa atas apa yg telah saya bantu untuk mendapatkan sang pujaan
hati. sampai suatu ketika ia ada masalah dia lari menemui ku dia memohon pada ku untuk membantu
untuk menyellesaikan masalahnya,dan ku jawab”kamu dulu kemana aja di ssat senang
kmu melupakan ku dan disaat susah kmu
kembali ke aku emangnya aku ini tempat sampah
yg kmu cari di saat kmu ingi membuang sampah emangnya aku gk sakit apa aku kmu gtuin mikir dong!!!!!!!!!!!!!!”
Cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat
daun-daun kecil berguguran di pinggir danau dan menyilaukan pandanganku pada
secarik kertas di depanku. Hari-hariku terasa menyenangkan dengan sebuah kuas
yang terukir namaku “Diana”. Yah, boleh dikatakan aku gemar melukis di
tempat-tempat yang menurutku indah dan tenang. Apalagi dengan seorang sahabat,
membuat hidupku lebih berarti.
Dari kejauhan terdengar alunan biola nan merdu semakin mendekati gendang telingaku. Alunan merdu itu membuatku semakin penasaran.
“Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja”
Dengan rasa penasaran, aku sambil mengemas peralatan lukisku dan mengendarau sepeda menyusuri jalan komplek rumahku yang berbukit dan rindangnya pepohonan sepanjang jalan di bawah cahaya mentari yang mulai redup.
* * *
Pulang petang menjadi hal yang biasa bagi Lintang. Seorang gadis tomboy berambut hitam panjang yang selalu di kuncir ke atas. Dia selalu bermain basket di bawah rumah pohonnya, letaknya di samping danau yang airnya tenang, setelah pulang dari les. Dengan mengusap keringat di pipinya dia bergegas menyusuri komplek rumahnya dengan perasaantakut karena selalu pulang telat.
Pada waktu yang bersamaan, Diana meletakkan sepedanya ke garasi dan melihat Lintang.
“Lintang,, Lintang,, dari mana saja kamu?
“Aku mencarimu! Kata Diana
“Aku main basket di tempat biasa, di bawah rumah pohon. Ma’af, udah buatmu khawatir.”
“Entahlah…. Sudah dulu ya, bau banget nih.
“Huuhh,, dasar cewek gadungan, aku dicuekin lagi…! Kesal Diana
Dengan rasa kesal, gadis itu pun masuk ke kamar khayalannya. Meletakkan peralatan lukisnya di sudut ruangan dekat lemari kaca yang penuh dengan boneka kucing dan patung kecil yang terbuat dari tanah liat. Ia selalu menatap lukisan sunset yang di belakang pintu kamarnya. Ketika melihat itu, ia merasakan tenangnya dunia di laut lepas.
* * *
Lintang segera membersihkan dirinya karena takut ibunya marah. Ibunya pun heran melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Sifat keras kepala Lintang yang biasanya tampak, namun kala itu hati tomboynya bisa luluh dengan rasa bersalahnya. Ketika ia duduk di atas kursi yang tinggi sambil mengamati indahnya malam. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada badannya, perutnya nyeri dan nafasnya terasa sesak. Lintang bingung dengan apa yang dia rasakan dan tiba-tiba ia terjatuh dari kursi tingginya, mencoba mengendalikan diri untuk bangkit ke tempat tidur dan beristirahat.
* * *
Teriknya mentari dan angin sepoi-sepoi yang dirasakan di bawah pohon nan rindang, membuat siswi SMA ini hanyut dalam omajinasi. Khayalan yang sungguh nyata membawa ia larut dalam impian.
“Hai Diana, asyik bener nih melukisnya, lihat dong. Pasti lagi gambar aku kan? Kejut Lintang
“Hmm,, ngapain juga aku gambar kamu. Seperti gak ada objek lain aja yang lebih bagus.. hahahha..
Mereka begitu asyik bercanda tanpa menghiraukan teman yang lain di sekitarnya yang merasa kebisingan karena tingkah mereka yang sungguh beda dengan siswi lainnya. Dan anak-anak yang lain sebaliknya sudah merasa biasa dengan sikap mereka itu. “Aku mau cerita..tapi……….(serius Lintang_
“Cerita aja…ada apa? ( menatap Lintang kebingungan)
Tiba-tiba, Lintang terjatuh. Kata-kata yang ingin ia bicarakan tidak mampu terucap. Kepanikan gadis seni ini sungguh luar biasa. Ketika di ruang UKS, Lintang terbaring tak berdaya. Diana berlari menyusuri kelas dan mencari telepon di sekolahnya. Untuk memberi kabar pada orang tua Lintang dan membawanya ke rumah sakit..
“Aku ada di mana? Ada apa denganku? ( sadar Lintang)
“Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di taman belakang sekolah. Kamu nggak apa-apa kan? (khawatir Diana)
“Aku sakit apa? Mana ayah?”
“Dokter masih belum memberitahukan pasti penyakitmu. Ayahmu masih dalam perjalanan. Bersabarlah sebentar. Cepat sembuh ya,, biar sore ini kita bisa belajar bareng, kan kamu udah janji kemaren.”
“Mungkinkah penyakitku itu serius?””ahh, jangan berpiir gitu, kamu pasti sembuh. Semangatlah, aku akan ada di sampingmu..”
“Sudah, sekolah sana. Biar pintar, dan bisa membalap rangkingku. Hhaha…”
“Iihh,, kamu. Calon ilmuan gini diejekin. Pasti dong aku bisa. Hhehe”
“Ya deh,, buktikan ke aku ya nanti.”
“Iya, pasti. Suatu saat kita akn merayakan keberhasilan kita. Aku ke sekolah dulu ya.! Sebentar lagi, orangtuamu juga akan ke sini. Bye !!”
“Bye.. Hati-hati ya Diana. Thank’s!"
Dari kejauhan terdengar alunan biola nan merdu semakin mendekati gendang telingaku. Alunan merdu itu membuatku semakin penasaran.
“Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja”
Dengan rasa penasaran, aku sambil mengemas peralatan lukisku dan mengendarau sepeda menyusuri jalan komplek rumahku yang berbukit dan rindangnya pepohonan sepanjang jalan di bawah cahaya mentari yang mulai redup.
* * *
Pulang petang menjadi hal yang biasa bagi Lintang. Seorang gadis tomboy berambut hitam panjang yang selalu di kuncir ke atas. Dia selalu bermain basket di bawah rumah pohonnya, letaknya di samping danau yang airnya tenang, setelah pulang dari les. Dengan mengusap keringat di pipinya dia bergegas menyusuri komplek rumahnya dengan perasaantakut karena selalu pulang telat.
Pada waktu yang bersamaan, Diana meletakkan sepedanya ke garasi dan melihat Lintang.
“Lintang,, Lintang,, dari mana saja kamu?
“Aku mencarimu! Kata Diana
“Aku main basket di tempat biasa, di bawah rumah pohon. Ma’af, udah buatmu khawatir.”
“Entahlah…. Sudah dulu ya, bau banget nih.
“Huuhh,, dasar cewek gadungan, aku dicuekin lagi…! Kesal Diana
Dengan rasa kesal, gadis itu pun masuk ke kamar khayalannya. Meletakkan peralatan lukisnya di sudut ruangan dekat lemari kaca yang penuh dengan boneka kucing dan patung kecil yang terbuat dari tanah liat. Ia selalu menatap lukisan sunset yang di belakang pintu kamarnya. Ketika melihat itu, ia merasakan tenangnya dunia di laut lepas.
* * *
Lintang segera membersihkan dirinya karena takut ibunya marah. Ibunya pun heran melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Sifat keras kepala Lintang yang biasanya tampak, namun kala itu hati tomboynya bisa luluh dengan rasa bersalahnya. Ketika ia duduk di atas kursi yang tinggi sambil mengamati indahnya malam. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada badannya, perutnya nyeri dan nafasnya terasa sesak. Lintang bingung dengan apa yang dia rasakan dan tiba-tiba ia terjatuh dari kursi tingginya, mencoba mengendalikan diri untuk bangkit ke tempat tidur dan beristirahat.
* * *
Teriknya mentari dan angin sepoi-sepoi yang dirasakan di bawah pohon nan rindang, membuat siswi SMA ini hanyut dalam omajinasi. Khayalan yang sungguh nyata membawa ia larut dalam impian.
“Hai Diana, asyik bener nih melukisnya, lihat dong. Pasti lagi gambar aku kan? Kejut Lintang
“Hmm,, ngapain juga aku gambar kamu. Seperti gak ada objek lain aja yang lebih bagus.. hahahha..
Mereka begitu asyik bercanda tanpa menghiraukan teman yang lain di sekitarnya yang merasa kebisingan karena tingkah mereka yang sungguh beda dengan siswi lainnya. Dan anak-anak yang lain sebaliknya sudah merasa biasa dengan sikap mereka itu. “Aku mau cerita..tapi……….(serius Lintang_
“Cerita aja…ada apa? ( menatap Lintang kebingungan)
Tiba-tiba, Lintang terjatuh. Kata-kata yang ingin ia bicarakan tidak mampu terucap. Kepanikan gadis seni ini sungguh luar biasa. Ketika di ruang UKS, Lintang terbaring tak berdaya. Diana berlari menyusuri kelas dan mencari telepon di sekolahnya. Untuk memberi kabar pada orang tua Lintang dan membawanya ke rumah sakit..
“Aku ada di mana? Ada apa denganku? ( sadar Lintang)
“Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di taman belakang sekolah. Kamu nggak apa-apa kan? (khawatir Diana)
“Aku sakit apa? Mana ayah?”
“Dokter masih belum memberitahukan pasti penyakitmu. Ayahmu masih dalam perjalanan. Bersabarlah sebentar. Cepat sembuh ya,, biar sore ini kita bisa belajar bareng, kan kamu udah janji kemaren.”
“Mungkinkah penyakitku itu serius?””ahh, jangan berpiir gitu, kamu pasti sembuh. Semangatlah, aku akan ada di sampingmu..”
“Sudah, sekolah sana. Biar pintar, dan bisa membalap rangkingku. Hhaha…”
“Iihh,, kamu. Calon ilmuan gini diejekin. Pasti dong aku bisa. Hhehe”
“Ya deh,, buktikan ke aku ya nanti.”
“Iya, pasti. Suatu saat kita akn merayakan keberhasilan kita. Aku ke sekolah dulu ya.! Sebentar lagi, orangtuamu juga akan ke sini. Bye !!”
“Bye.. Hati-hati ya Diana. Thank’s!"
“Ini cerita tentang aku dan
sahabat ku dan kata kata bijak”
Komentar
Posting Komentar